Mengapa Harga Telur Ayam Sangat Fluktuatif? Berikut Beberapa Faktornya
Telur merupakan salah satu komoditas yang termasuk ke dalam kebutuhan pokok karena beberapa alasan utama. Mulai dari kandungan gizi tinggi, harga terjangkau dan mudah didapat.
Menurut data terakhir dari GoodStats, konsumsi telur di Indonesia pada tahun 2023 adalah 6,69 kg per kapita per tahun. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 5,5% yoy daripada tahun 2022, yaitu 7,08 kg per kapita per tahun.
Tak hanya itu, total kebutuhan telur ayam untuk konsumsi rumah tangga juga mengalami penurunan, yaitu 4,4% yoy di tahun 2023, menjadi 1,86 juta ton per tahun.
Seperti komoditas lainnya, harga telur ayam juga mengalami kenaikan. Pada Februari 2024, harga telur ayam ras naik menjadi 1,9% yoy, dibandingkan tahun sebelumnya.
Harga Telur Fluktuatif Akibat Supply and Demand
Secara teori ekonomi dasar, harga barang seperti telur ditentukan oleh interaksi antara penawaran (supply) dan permintaan (demand).
Jika pasokan meningkat sementara permintaan stabil, harga cenderung turun. Sebaliknya, jika pasokan menurun atau permintaan naik, harga akan naik.
Namun untuk komoditas pertanian ada faktor tambahan, yaitu siklus produksi, biaya pakan dan gangguan distribusi yang membuat respons penawaran terhadap perubahan harga menjadi lambat.
Dalam praktiknya, fluktuasi harga telur di Indonesia seringkali dipicu oleh perubahan pasokan lokal dan diikuti oleh reaksi pasar.
Data Harga Telur di Indonesia dari Tahun ke Tahun
Berikut harga telur di Indonesia dari tahun ke tahun yang bisa Anda simak:
Tahun 2022
Pada tahun 2022, harga telur ayam ras rata-rata berada di kisaran Rp 28.449 per kilogram di tingkat konsumen nasional. Kenaikan harga yang terjadi dibanding tahun-tahun sebelumnya dipicu oleh tingginya biaya pakan, terutama jagung dan bungkil kedelai, yang menjadi komponen utama biaya produksi peternak.
Selain itu, pasokan telur di beberapa daerah sempat terganggu karena faktor cuaca dan distribusi, sehingga menambah tekanan pada harga.
Tahun 2023
Memasuki tahun 2023, harga telur ayam ras mengalami kenaikan cukup signifikan menjadi rata-rata sekitar Rp 31.897 per kilogram. Lonjakan ini dipengaruhi oleh permintaan tinggi menjelang hari besar keagamaan dan belum stabilnya pasokan pakan.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional sempat melakukan operasi pasar untuk menekan harga, namun tren kenaikan tetap terjadi hampir sepanjang tahun. Tahun ini menjadi salah satu periode harga tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Tahun 2024
Pada tahun 2024, harga telur ayam ras tercatat sedikit menurun dibanding 2023, dengan rata-rata berada di kisaran Rp 30.450 per kilogram.
Penurunan ini terjadi karena pasokan mulai membaik, seiring meningkatnya produksi peternak dan stabilnya distribusi logistik.
Meskipun begitu, harga masih tergolong tinggi dan fluktuatif, terutama menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri ketika permintaan melonjak tajam di berbagai wilayah.
Tahun 2025
Hingga November 2025, harga telur ayam ras kembali menunjukkan tren kenaikan dengan rata-rata sekitar Rp 31.178 per kilogram.
Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti meningkatnya harga pakan global, permintaan pasar domestik yang tinggi, serta adanya biaya distribusi yang ikut naik.
Beberapa wilayah bahkan mencatat harga di atas Rp 33.000/kg. Kondisi ini menunjukkan bahwa meski sempat turun di 2024, harga telur masih cenderung bergerak naik pada 2025.
Baca Juga: 8 Alternatif Sumber Protein Selain Daging Lebih Terjangkau
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Telur Fluktuatif
Beberapa faktor kunci yang kerap mempengaruhi harga telur fluktuatif, antara lain:
Biaya pakan: Pakan menyumbang porsi terbesar biaya produksi peternak. Kenaikan harga jagung/produksi pakan langsung mendorong biaya produksi dan akhirnya harga jual.
Populasi ayam petelur dan produktivitas: Penurunan populasi atau penyakit yang menurunkan produktivitas akan mengurangi pasokan. Sebaliknya peningkatan populasi meningkatkan ketersediaan.
Kondisi distribusi dan logistik: Gangguan distribusi (cuaca ekstrim, kenaikan BBM) membuat harga di daerah terisolasi lebih tinggi.
Permintaan musiman dan pola konsumsi: Permintaan meningkat saat hari raya atau musim wisata kuliner, sehingga harga bisa tertekan naik sementara.
Kebijakan pemerintah dan impor/ekspor: Intervensi pasar, kebijakan impor telur atau produk olahan dapat meredam atau memperburuk fluktuasi harga.
Spekulasi dan rantai pasok pedagang: Perilaku penimbunan atau permainan harga oleh pihak tertentu juga berkontribusi pada perubahan harga jangka pendek.
Itulah informasi seputar harga telur fluktuatif yang bisa Anda ketahui. Dengan mengetahui informasinya, kini Anda mengetahui kenapa harga telur seringkali mengalami kenaikan dan penurunan.